ERAKALTENG.COM, SAMPIT – Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Umar Kaderi mengatakan kasus Demam Berdarah Dengue turun 235 kasus atau 98,75 persen sepanjang 2025.
“Hingga April 2025, kita mencatat sebanyak 3 kasus DBD, 2 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS), dan 7 kasus suspek Demam Dengue (DD) totalnya hanya 5 kasus,” jelasnya, Jumat, 25 April 2025.
Ia mengatakan jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni 240 kasus DBD dari Januari–April 2024. Sementara itu, berdasarkan data Dinkes mencatat sepanjang 2024 tercatat 292 kasus DBD, 6 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS), dan 67 kasus suspek Demam Dengue (DD), dengan total 298 kasus.
“Lonjakan DBD tertinggi terjadi pada Januari 2024 dengan 150 kasus DBD yang tercatat oleh Dinas Kesehatan,” terang Umar.
Meskipun jumlah kasus DBD pada 2025 turun, Dinas Kesehatan Kotim tetap meminta masyarakat waspada saat musim hujan. Ia bersyukur kasus DBD menurun, yang mana pada periode yang sama, pada 2025 terjadi penurunan hingga 98,75 persen.
“Ini patut kita syukuri, namun jangan sampai membuat kita lengah. Meskipun jumlah kasus menurun, kondisi cuaca yang masih didominasi hujan bisa memicu lonjakan sewaktu-waktu,,” ujar Kadinkes.
Ia mengatakan bahwa Kotawaringin Timur sebagai daerah penghubung, tentu memiliki mobilitas penduduk yang tinggi
“Karena Kotim ini kabupaten penghubung, orang bisa singgah dan menularkan tanpa harus menginap lama. Selain itu, hujan ini masih terus terjadi, sehingga potensi terjadi lonjakan kasus sangat mungkin terjadi,” jelas Umar.
Lebih lanjut, dirinya juga meminta agar masyarakat aktif dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk bisa dilakukan melalui metode 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air, serta menambahkan langkah pencegahan seperti penggunaan kelambu dan obat nyamuk.
Dinkes Kotim berharap masyarakat bisa berperan aktif dalam meningkatkan upaya pengendalian kasus DBD. Umar Kaderi meminta masyarakat bisa lebih efektif dan mencegah terjadinya ledakan kasus demam berdarah di masa yang akan datang.
“Upaya pencegahan ini harus dilakukan rutin, setidaknya seminggu sekali. Jangan menunggu ada kasus baru, baru kita bergerak, mencegah lebih baik dari pada mengobati,” tutupnya.
(gu/erakateng.com)